29 Maret 2009

TAFSIR BI AL-MA’TSUR & TAFSIR BI AL-RA’YI

TAFSIR BI AL-MA’TSUR & TAFSIR BI AL-RA’YI


PEMBAGIAN TAFSIR
Berdasarkan sumber:
 Tafsir bi al-Ma’tsur.
 Tafsir bi al-ra’yi.

Berdasarkan Metode:
 Tahlili (berdasar urutan mushaf)
 Muqaran (perbandingan)
 Ijmali (global)
 Maudhu’I (tematik)

Berdasarkan Corak:
 Fiqih Tasawuf
 Sejarah  Bahasa
 Tasawuf
 Ilmu Pengetahuan

Definisi Tafsir bi al-Ma’tsur
Penafsiran al-Qur’an yang mendasarkan kepada penjelasan al-Qur’an sendiri, penjelasan Rasul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan aqwal tabi’in.


Otoritas Tafsir bi al-Ma’tsur
 Al-Qur’an. Contoh:
Penafsiran kata muttaqin pada surat 3: 133 dengan menggunakan kandungan ayat berikutnya.
 Hadits Nabi. Contoh:
Penafsiran Nabi terhadap kata ‘al-zulm’ pada surat surat 6:82 dengan pengertian syirik; Dan pengertian ungkapan ‘al-quwwah dengan al-ramy (panah) pada Q.S. 8:60.
 Penjelasan sahabat. Contoh:
Penafsiran Ibnu Abbas (w. 68/687) terhadap kandungan surat al-Nashr dengan kedekatan waktu kewafatan Nabi
 Penjelasan Tabi`in. Contoh:
Penafsiran tabi’in terhadap surat Surat ash-Shaffat [37]: 65 dengan sya’ir ‘Imr al-Qays


Contoh Kitab Tafsir bi al-Ma’tsur
 Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya Ibn Jarir al-Thabari (w. 310/923),
 Anwar al-Tanzil karya al-Baidhawi (w. 685/1286),
 Al-Durr al Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalal al-Din al-Suyuthi (w. 911/1505),
 Tanwir al-Miqbas fi Tafsir Ibn Abbas karya Fairuz Zabadi (w. 817/1414), dan
 Tafsir al-Qur’an al-Adzim karya Ibnu Katsir (w. 774/1373)

Kelebihan Tafsir bi al-Ma’tsur
 Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami al-Qur’an.
 Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesannya.
 Mengikat mufassir dalam bingkai ayat-ayat sehingga membatasinya untuk tidak terjerumus ke dalam subyektivitas yang berlebihan.

Kelemahan Tafsir bi al-Ma’tsur
 Terjadi pemalsuan (wadh’) dalam tafsir.
 Masuknya unsur Israiliyat yang didefinisikan sebagai unsur-unsur Yahudi dan Nasrani yang masuk ke dalam penafsiran al-Qur’an.
 Penghilangan sanad
 Terjerumusnya sang mufassir ke dalam uraian kebahasan dan kesastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok al-Qur’an menjadi kabur.

Definisi Tafsir bi al-Ra’yi
Tafsir bi al-ra’yi (disebut juga tafsir bi al-dirayah)—sebagaimana didefinisikan Husen al-Dzahabi—adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah terlebih dahulu mengetahui bahasa Arab serta metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan, serta problema penafsiran seperti asbab al-nuzul, nasikh-mansukh, dan sebagainya

Pembagian Tafsir bi al-Ra’yi
 Yang dapat Diterima (Mahmudah/Maqbulah)
 Yang tidak dapat diterima (Madzmumah/Mardudah)

Tafsir bi al-Ra’yi yang dapat diterima/terpuji (maqbul/mahmudah)
Apabila menghindari hal-hal berikut:
 Memaksakan diri mengetahui makna yang dikehendaki Allah pada suatu ayat, sedangkan ia tidak memenuhi syarat untuk itu.
 Mencoba menafsirkan ayat-ayat yang maknanya hanya diketahui Allah (otoritas Allah semata).
 Menafsirkan al-Qur'an dengan disertai hawa nafsu dan sikap istihsan (menilai bahwa sesuatu itu baik semata-mata berdasarkan persepsinya).
 Menafsirkan ayat-ayat untuk mendukung suatu mazhab yang salah dengan cara menjadikan paham madzhab sebagai dasar, sedangkan penafsirannya mengikuti paham madzhab tersebut.
 Menafsirkan al-Qur'an dengan memastikan bahwa makna yang dikehendaki Allah adalah demikian… tanpa didukung dalil.

Contoh Kitab Tafsir bi al-Ra’yi
 Mafatih al-Ghaib, karya Fakhr al-Razi (w. 606 H.)
 Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, karya al-Baidhawi (w. 691 H.)
 Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-Takwil, karya an-Nasafi (w. 701 H.)

SELESAI
TERIMA KASIH

1 komentar:

  1. maaf,boleh tau g,kisah isroiliyati dalam kitab Al-Durr al Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalal al-Din al-Suyuthi

    BalasHapus