TAFSIR BI AL-MA’TSUR & TAFSIR BI AL-RA’YI
PEMBAGIAN TAFSIR
Berdasarkan sumber:
Tafsir bi al-Ma’tsur.
Tafsir bi al-ra’yi.
Berdasarkan Metode:
Tahlili (berdasar urutan mushaf)
Muqaran (perbandingan)
Ijmali (global)
Maudhu’I (tematik)
Berdasarkan Corak:
Fiqih Tasawuf
Sejarah Bahasa
Tasawuf
Ilmu Pengetahuan
Definisi Tafsir bi al-Ma’tsur
Penafsiran al-Qur’an yang mendasarkan kepada penjelasan al-Qur’an sendiri, penjelasan Rasul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan aqwal tabi’in.
Otoritas Tafsir bi al-Ma’tsur
Al-Qur’an. Contoh:
Penafsiran kata muttaqin pada surat 3: 133 dengan menggunakan kandungan ayat berikutnya.
Hadits Nabi. Contoh:
Penafsiran Nabi terhadap kata ‘al-zulm’ pada surat surat 6:82 dengan pengertian syirik; Dan pengertian ungkapan ‘al-quwwah dengan al-ramy (panah) pada Q.S. 8:60.
Penjelasan sahabat. Contoh:
Penafsiran Ibnu Abbas (w. 68/687) terhadap kandungan surat al-Nashr dengan kedekatan waktu kewafatan Nabi
Penjelasan Tabi`in. Contoh:
Penafsiran tabi’in terhadap surat Surat ash-Shaffat [37]: 65 dengan sya’ir ‘Imr al-Qays
Contoh Kitab Tafsir bi al-Ma’tsur
Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya Ibn Jarir al-Thabari (w. 310/923),
Anwar al-Tanzil karya al-Baidhawi (w. 685/1286),
Al-Durr al Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalal al-Din al-Suyuthi (w. 911/1505),
Tanwir al-Miqbas fi Tafsir Ibn Abbas karya Fairuz Zabadi (w. 817/1414), dan
Tafsir al-Qur’an al-Adzim karya Ibnu Katsir (w. 774/1373)
Kelebihan Tafsir bi al-Ma’tsur
Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami al-Qur’an.
Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesannya.
Mengikat mufassir dalam bingkai ayat-ayat sehingga membatasinya untuk tidak terjerumus ke dalam subyektivitas yang berlebihan.
Kelemahan Tafsir bi al-Ma’tsur
Terjadi pemalsuan (wadh’) dalam tafsir.
Masuknya unsur Israiliyat yang didefinisikan sebagai unsur-unsur Yahudi dan Nasrani yang masuk ke dalam penafsiran al-Qur’an.
Penghilangan sanad
Terjerumusnya sang mufassir ke dalam uraian kebahasan dan kesastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok al-Qur’an menjadi kabur.
Definisi Tafsir bi al-Ra’yi
Tafsir bi al-ra’yi (disebut juga tafsir bi al-dirayah)—sebagaimana didefinisikan Husen al-Dzahabi—adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah terlebih dahulu mengetahui bahasa Arab serta metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan, serta problema penafsiran seperti asbab al-nuzul, nasikh-mansukh, dan sebagainya
Pembagian Tafsir bi al-Ra’yi
Yang dapat Diterima (Mahmudah/Maqbulah)
Yang tidak dapat diterima (Madzmumah/Mardudah)
Tafsir bi al-Ra’yi yang dapat diterima/terpuji (maqbul/mahmudah)
Apabila menghindari hal-hal berikut:
Memaksakan diri mengetahui makna yang dikehendaki Allah pada suatu ayat, sedangkan ia tidak memenuhi syarat untuk itu.
Mencoba menafsirkan ayat-ayat yang maknanya hanya diketahui Allah (otoritas Allah semata).
Menafsirkan al-Qur'an dengan disertai hawa nafsu dan sikap istihsan (menilai bahwa sesuatu itu baik semata-mata berdasarkan persepsinya).
Menafsirkan ayat-ayat untuk mendukung suatu mazhab yang salah dengan cara menjadikan paham madzhab sebagai dasar, sedangkan penafsirannya mengikuti paham madzhab tersebut.
Menafsirkan al-Qur'an dengan memastikan bahwa makna yang dikehendaki Allah adalah demikian… tanpa didukung dalil.
Contoh Kitab Tafsir bi al-Ra’yi
Mafatih al-Ghaib, karya Fakhr al-Razi (w. 606 H.)
Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, karya al-Baidhawi (w. 691 H.)
Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-Takwil, karya an-Nasafi (w. 701 H.)
SELESAI
TERIMA KASIH
29 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
maaf,boleh tau g,kisah isroiliyati dalam kitab Al-Durr al Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur karya Jalal al-Din al-Suyuthi
BalasHapus